TANGERANGBERKABAR.ID – Aktivis Mahasiswa, Aziz Patiwara menyoroti ketegangan atau situasi politik yang semakin memanas usai pendaftaran Bakal Pasangan Calon (Bapaslon) Bupati dan Wakil Bupati Tangerang.

Fokus tertuju pada aksi mantan Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar, yang tampaknya berupaya keras untuk mempertahankan dinasti politik keluarganya.

Ia mengatakan keluarga Iskandar telah lama berkuasa. Dimana sebelum kepemimpinan Ahmed Zaki Iskandar. Ismet Iskandar, ayahnya telah lebih dahulu memimpin Kabupaten Tangerang selama dua periode.

Setelah kekuasaan tersebut beralih ke tangan Zaki yang juga selama dua periode, kini Zaki berusaha memastikan bahwa adiknya melanjutkan warisan politik keluarga.

“Langkah ini menunjukkan tekad Zaki untuk mempertahankan dominasi yang telah ada lebih dari satu dekade,” katanya.

Aziz menyebut manuver terbaru Zaki melibatkan permintaan rekomendasi Partai Golkar untuk adiknya, Intan Nurul Hikmah memperlihatkan betapa dalamnya pengaruh keluarga dalam proses politik. Ironisnya, ketua DPD Golkar Kabupaten Tangerang yang seharusnya mendapatkan dukungan terabaikan demi kepentingan dinasti.

“Keputusan Golkar yang tampaknya terpengaruh oleh kepentingan keluarga menyoroti ketidak seimbangan dan ambiguitas dalam politik internal partai,” ujarnya.

Lebih jauh, pengabaian terhadap ketua DPD Golkar menandakan betapa sistem politik bisa dipengaruhi oleh kekuasaan yang terpusat dalam satu keluarga. Dinasti politik ini berpotensi menciptakan struktur kekuasaan yang mendorong korupsi sistemik.

“Ketika kekuasaan itu terkonsentrasi, keputusan sering kali didorong oleh kepentingan pribadi, merusak transparansi dan akuntabilitas yang seharusnya menjadi prinsip dasar dalam pemerintahan,” tegasnya.

Menurutnya, Golkar sebagai partai politik yang seharusnya menjunjung tinggi prinsip demokrasi, malah menunjukkan keberpihakan yang menambah keraguan terhadap integritas proses politik.

“Ketidak mampuan partai untuk mendukung calon internal dan memilih adik Zaki sebagai alternatif memperburuk citra partai serta memperkuat persepsi publik mengenai politik dinasti,” imbuhnya.

Aziz menyatakan Zaki mungkin percaya bahwa strategi ini akan mengamankan posisi keluarganya dalam politik lokal. Namun, realitas politik yang kompleks dan respon publik akan menentukan apakah langkah ini adalah keputusan strategis yang cermat atau justru langkah yang berisiko besar.

“Ketegangan ini semakin memuncak, dan hanya waktu yang akan mengungkap apakah dinasti Iskandar akan terjaga atau terancam oleh pergeseran dinamika politik yang sedang berlangsung,” tutupnya.

(Alf)