TANGERANGBERKABAR.ID – Wakil Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Tangerang, Sri Panggung Lestari menyoroti banyaknya kasus keluarga hancur bahkan ada yang sampai bunuh diri karena terjerat pinjaman online (Pinjol) ilegal ataupun rentenir.
Ia menilai perlunya perhatian khusus dari pemerintah agar masyarakat di Kabupaten Tangerang khususnya tidak lagi memilih pinjol sebagai solusi masalah keuangannya.
“Rentenir ataupun pinjol ini sangat meresahkan masyarakat,” katanya usai menjadi pemateri di acara Seminar “Ekonomi Syariah Sebagai Pilar Pembangunan Ekonomi di Kabupaten Tangerang” yang digelar di GSG Kantor Kecamatan Panongan, pada Rabu (24/9/2025).
“Banyak kasus perceraian juga karena pinjol kemudian banyak ada orang bunuh diri meninggal karena pinjol banyak orang tadi udah bercerai karena pinjol kemudian meninggal karena pinjol kemudian membunuh anaknya,” tambahnya.
Sehubungan dengan ini, kata dia, Pemerintah Kabupaten Tangerang sebenarnya telah memiliki PT LKM AKR yang kini telah bertranformasi dari Konvensional ke Syariah. Menurutnya, LKMS ini bisa menjadi solusi keuangan masyarakat, khususnya yang membutuhkan modal usaha.
“Dengan adanya LKM Syariah Masyarakat Kabupaten Tangerang diharapkan beralih dari minjem ke pinjol ataupun ke rentenir kemudian ke LKM dengan bunga yang lebih murah,” ucapnya.
Selain Pinjol, Ketua DPD PAN Kabupaten Tangerang ini juga turut menyoroti masalah judi online (Judol) yang sulit diberantas, dikarenakan mainboard-nya ataupun penyelenggaranya itu berada di luar negeri atau negara lain. “Sarannya, mulai dari diri kita sendiri, yakni bentengin diri kita dan keluarga dari hal-hal yang merusak seperti judol ini,” ujarnya.
Lalu, terkait jasa pinjaman, harus pinter memilih dan memilah apakah bank-bank perkreditan ini dibawah pengawasan OJK atau tidak. Karena jika dibawah pengawasan OJK pasti terjamin.
“Karena sudah ada ketentuannya BI red kita itu 4,75% artinya dia tidak akan jauh dari itu namun kalau kemudian si pengkredit ini di luar daripada OJK itu udah pasti mereka menetapkan bunganya itu luar biasa karena enggak ada acuannya,” pungkasnya.
(Der/San)


Tinggalkan Balasan