TANGERANGBERKABAR.ID – Hadirnya motif Batik Banten Mukarnas dari 12 motif yang ada kini telah berkembang menjadi 120 lebih motif Batik Banten. Pelopor pembuatan batik Banten Mukarnas pertama di Banten adalah Ir Uke Kurniawan.

Uke merintis memulai pembuatan batik Banten Mukarnas  pada tahun 2003. Munculnya beragam motif batik Banten Mukarnas tidak terlepas dari terbentuknya Provinsi Banten pada tahun 2000. Setelah melepaskan diri dari Jawa Barat dan Banten menjadi daerah otonom sehingga sebagai Provinsi yang baru pada saat itu, Banten harus menentukan rumah adat.

Uke bersama arkeolog nasional melakukan penelitian untuk mengkaji dan merekonstruksi rumah adat di Banten. Selama proses penelitiannya tersebut, Uke menemukan 75 ragam hias motif dari reruntuhan artefak Kesultanan Banten sekitar abad ke-17.

“Batik Banten Mukarnas berdiri tahun 2003, awalnya ketika Provinsi Banten baru ada sekitar tahun 2000 dan harus menentukan rumah adat untuk Provinsi Banten, Pak Uke bersama arkeolog nasional Banten meneliti, mengkaji dan merekonstruksi rumah adat yang ada di Banten lama dan ditemukannya 75 ragam hias motif dari reruntuhan artefak Kesultanan Banten abad 17,” ujar Assriana Kennadiany penerus PT Batik Banten Mukarnas.

Dari wasilah penentuan rumah adat Banten itulah, Uke menemukan pencerahan dan referensi sehingga berdirilah batik Banten Mukarnas tahun 2003 dan mulai memproduksi batik Banten.

“Tahun 2003 mulailah produksi batik di Banten, dari 12 motif, sekarang ada 120 motif yang sudah dipatenkan oleh Pak Uke,” terangnya.

Penerus usaha PT Batik Banten Mukarnas sekaligus anak sulung dari mendiang Uke yaitu Assriana Kennadiany yang kerap disapa Nadia ini menjelaskan perbedaan batik Banten dengan batik lainnya yaitu ada 3 perbedaan, pertama berasal dari ragam hias motif artefak tinggalan arkeologi Kesultanan Banten, filosofinya berasal dari penamaan masing-masing nama tempat dan gelar Kesultanan Banten dan ketiga dari warnanya.

Kata Nadia, batik Banten identik dengan warna abu-abu yang menggambarkan bahwa wong Banten (orang Banten) berjiwa bijaksana. Seiring dengan banyaknya permintaan pasar, sehingga warna batik Banten Mukarnas telah dikembangkan menjadi beragam warna.

“Bedanya batik Banten dari lainnya yaitu berasal dari artefak dan filosofinya berasal dari nama tempat dan gelar Kesultanan Banten, ketiga warnanya. Batik Banten identik warna abu-abu yang menggambarkan wong Banten atau orang Banten yang berjiwa bijaksana. Seiring dengan banyaknya permintaan konsumen sekarang udah banyak warnanya,” jelasnya.

Atas gagasan, inovasi dan keuletan dari Uke, akhirnya batik Banten Mukarnas kini telah dikenal tidak hanya di Banten melainkan di kancah nasional bahkan internasional. Sebagai buah dari karya dan perjuangan Uke, Uke juga dinobatkan sebagai guru besar batik di Provinsi Banten.

Dikatakan Nadia, kini, di Banten telah tersebar sentra batik di Kabupaten/Kota yang dulunya pernah belajar membatik di bawah bimbingan Uke. Sebagai sosok yang cerdas, Uke tidak keberatan membagikan ilmunya pada pengusaha baru batik di Banten.

“Ir Uke Kurniawan merupakan ayahanda saya dan beliau pelopor Batik di Provinsi Banten dan dinobatkan sebagai guru besar batik di Provinsi Banten. Mulanya dari Batik Banten Mukarnas dan sekarang sudah banyak batik di Kota/Kabupaten di Banten dan belajar di sini. Papah mau membagikan ilmunya pada pengusaha baru batik di Banten,” ungkap Nadia.

Sejauh ini, Nadia bersama sang ibunda membebaskan permintaan konsumen dalam menentukan warna dan motif yang diinginkan dari 120 lebih motif batik yang dapat dipilih sendiri oleh konsumen.

“Para ASN, pegawai BUMN, dan lainnya biasanya mereka yang menetapkan batik dan warnanya, kita sesuaikan dengan permintaan konsumen,” terangnya.

Di batik Banten Mukarnas, teknik membatik yang dikembangkan adalah teknik manual berupa cap dan tulis serta tidak ada printing. Saat ini di batik Banten Mukarnas lebih banyak difokuskan pada batik cap. Ada pula batik tulis, namun tidak terlalu banyak.

“Teknik kami manual semua, tidak ada printing. Batik tulis dan batik cap. Kita fokus pada batik cap, batik tulis juga ada tapi tidak banyak,” tuturnya.

Nadia juga turut menjelaskan proses pembuatan batik di tempatnya yang awalnya dari kain polos kemudian berubah memiliki motif nan cantik. Dari kain polos tersebut dicap satu persatu oleh pengrajin batik. Cap batiknya terbuat dari besi dan tembaga yang sudah ada motifnya.

Setelah kain dicap satu persatu dengan motif batik, kemudian dilakukan proses pencoletan sebelum penggunaan pewarna dasar. Pencoletan dilakukan oleh para ibu-ibu. Selesai pencoletan, kain kemudian dimalamkan satu malam agar warnanya pekat. Esok harinya, diberikan pewarna dasar yang biasa dilakukan oleh laki-laki.

“Proses awalnya dari kain polos lalu dicap satu persatu dari pengrajinnya, capannya dari tembaga dan besi yang sudah ada motifnya. Kemudian dicap satu per satu lalu ada proses pencoletan sebelum pewarnaan dasar yang dilakukan oleh ibu-ibu. Misalnya warna dasarnya biru dan warna bunganya merah, nah biasanya dilakukan pencoletan dulu satu persatu warna bunganya,”kata Nadia.

Usai diberikan pewarna dasar, proses berikutnya dilakukan pelorotan atau pencabutan lilin malam. Lalu dilorot menggunakan air panas dan bahan lainnya sehingga lilin malamnya copot dengan sendirinya.

Setelah itu, kain dibersihkan menggunakan air mengalir dan dijemur di bawah sinar matahari hingga kering. Segera angkat hasil jemuran batik yang telah kering agar warnanya tidak cepat pudar.

“Lalu dimalamkan semalam agar warnanya pekat, setelah itu dilakukan proses warna dasar oleh bapak-bapak, setelah itu didiamkan 15 menit agar warnanya meresap. Lalu ada proses pelorotan atau pencabutan lilin malam kemudian dilorot menggunakan air panas dan lainnya, nanti lilinnya copot sendiri. Setelah itu dibersihkan oleh air mengalir dan dijemur di bawah sinar matahari dan kalau sudah kering langsung diangkat agar tidak cepat beladus warnanya,” paparnya.

Nadia juga memberikan tip agar batik tidak mudah pudar warnanya yaitu hindari menggunakan deterjen pencuci baju, gunakanlah sabun lera khsuus batik dan jangan terlalu lama merendam baju batik agar warnanya tetap  cerah.

“Proses pencucian batiknya tidak perlu menggunakan deterjen, gunakan sabun lera khsusus batik, jangan direndam terlau lama,” ungkapnya.

Batik Banten Mukarnas juga membuka pelatihan membatik bagi pelajar hingga masyarakat umum. Sentra industri dan pelatihan batik Banten Mukarnas yang berlokasi di Jalan Raya Bhayangkara tepatnya di depan SDN 04 Kubil, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang ini buka setiap Senin sampai Sabtu dari pukul 09.00 sampai 16.00 WIB.

Untuk pelatihan membatik, perlu reservasi atau mendaftar terlebih dahulu. Pendaftaran bisa dilakukan langsung datang ke lokasi ataupun melalui instagram dan nomor whatshapp.

“Bukanya Senin sampai Sabtu jam 09.00 sampai 16.00 WIB, untuk yang mau pelatihan membatik harus reservasi (mendaftar) dulu bisa langsung ke tempatnya, instagram atau nomor whatshapp,” jelas Nadia.

Terdapat dua pelatihan yang bisa dipilih yaitu pelatihan batik cap atau batik tulis. Tarif pelatihan batik cap
untuk pelajar Rp35 .000 per orang dan masyarakat umum Rp50.000. Sedangkan untuk tarif batik tulis bagi pelajar Rp50.000 dan umum Rp100.000. Sementara itu, untuk turis asing tarif belajar batik tulis Rp150.000 dan batik cap Rp75.000.

“Pelatihan belajar membatik dari pelajar dan umum bisa, biayanya untuk pelajar Rp35.000 per anak, umum Rp50.000 per orang, batik tulis pelajar Rp50.000, umum Rp100.000, warga asing Rp150.000 untuk belajar batik tulis dan untuk belajar batik capnya Rp75.000, kalo mau belajar perlu reservasi dulu,” pungkasnya.

Nadia berharap ke depan terus bisa melestarikan kearifan lokal yang sudah ada dengan hasil kerja keras ayahnya ini agar dapat diketahui oleh generasi berikutnya dan bisa lebih kreatif lagi demi Banten.

“Harapan ke depan ingin melestarikan kearifan lokal yang sudah ada dan saya ingin melestarikan apa yang sudah ayah buat dan semoga untuk generasi berikutnya termotivasi untuk lebih kreatif demi Banten,”harapannya.

(Red)