TANGERANGBERKABAR.ID – Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang mencatat sampai dengan Januari 2024, ada temuan sebanyak 446 kasus HIV/AIDS, dengan presentase jenis kelamin 78% laki-laki dan 22% perempuan.
Hal itu disampaikan Anggota Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Tangerang, Hadi Irawan saat menghadiri kegiatan peringatan Hari AIDS Sedunia di Qubika Hotel, kawasan Gading Serpong, belum lama ini.
Acara tersebut dihadiri sejumlah stakeholders. Di antaranya sejumlah Non Governmental Organization (NGO), Komunitas Peduli AIDS, dan awak media.
Hadi Irawan menyebut berdasarkan data Dinkes Kabupaten Tangerang kumulatif temuan kasus HIV/AIDS dari tahun 1998–Oktober 2023 sebanyak 4.787 kasus (HIV = 3.419 dan AIDS = 1.368). “Sudah ada temuan sebanyak 446 kasus,” katanya dalam Rilis Dinkes Kabupaten Tangerang, (16/1/2024) lalu.
Aktivis mahasiswa Aziz patiwara mengatakan jika melihat angka kasus sampai saat ini, Kabupaten Tangerang berada di ambang bahaya yang serius HIV/AIDS. “Ini berpotensi menjadi lebih banyak jika tidak ditangani secara serius,” ujarnya Selasa (30/4/2024).
Ia menuturkan Slogan kota religius yang di sematkan untuk kabupaten Tangerang sangat kontradiktif dengan kasus HIV yang mencapai di angka 400 kasus. “Ini jangan dianggap enteng,” tegasnya.
Sebab, kata Aziz setiap angka adalah representasi dari manusia yang hidup dengan HIV. Dimana mereka berjuang melawan penyakit yang serius, dan menghadapi stigma sosial yang tak terhitung jumlahnya.
“Penyebaran virus ini membawa risiko yang signifikan bagi kesehatan masyarakat dan stabilitas sosial. Kabupaten Tangerang harus menghadapi kenyataan bahwa tindakan segera diperlukan untuk mengatasi masalah ini,” imbuhnya.
Aziz menilai respons pemerintah atas tindakan yang diambil masih sangat jauh dari kata memadai. Ia pun menekankan agar pemerintah lebih proaktif, lebih serius, dan berupaya kolaboratif dalam menangani masalah ini.
Menurutnya, keterlibatan aktif Pemerintah Daerah merupakan kunci dalam menciptakan lingkungan yang mendukung bagi individu-individu yang hidup dengan HIV dan dalam mengurangi angka penularan baru.
“Peran pemerintahan daerah ini sangatlah vital dalam menangani krisis HIV yang sedang berkembang. Mereka memiliki tanggung jawab menyediakan fasilitas layanan kesehatan yang terjangkau, dan menggalakkan kampanye pencegahan yang efektif,” ujarnya.
Aziz menegaskan pentingnya edukasi tentang HIV tidak dapat diabaikan. Setiap individu, terutama kaum muda, harus diberikan pemahaman yang cukup tentang virus ini, termasuk cara penularan nya, cara pencegahan, dan langkah-langkah pengobatan yang tersedia. Edukasi yang tepat adalah kunci untuk mengurangi stigma dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya untuk penularan lebih banyak.
“Jika pemerintah tetap tidak serius lebih baik mundur saja dan kepala Dinkes juga harusnya dicopot,” tandasnya.
(Deri Rizki Sentika)
Tinggalkan Balasan